AYAM LOKAL INDONESIA BESERTA KARAKTERISTIKNYA


Penulis
Nama   : Dewi Wijayanti
NPM   : 1014061028
P.S       : Peternakan

Mata Kuliah    : Ilmu Pemulyaan Ternak (TNK 207)
Dosen              : Ir. Akhmad Dahlan, M.P.




Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Bandar Lampung
30 April 2012



PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Indonesia memili kekayaan hayati yang sangat luar biasa, diantaranya adalah keanekaragaman plasma nutfah ayam lokal. Ayam lokal memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bibit unggul dalam upaya menunjang ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Di Indonesia dilaporkan terdapat 32 jenis ayam lokal (ecotype) dan masing-masing jenis memiliki keunggulan tersendiri, seperti ayam pelung, sentul, kedu, merawang, gaok, dan nusa penida.
Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan (Gallus gallus) dan dapat dikelompokkan menjadi tipe pedaging, petelur, dwiguna, atau sebagai ayam hias atau kegemaran. Masing – masing ayam tersebut memiliki ciri – ciri tersendiri.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang ciri – ciri ayam lokal Indonesia.

B.                 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan amkalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami macam – macam ayam lokal Indonesia beserta karakteristiknya.







II.        PEMBAHASAN

Ayam lokal dapat digolongkan sebagai tipe pedaging (pelung, nagrak, gaok, dan sedayu), petelur (kedu hitam, kedu putih, nusa penida, nunukan, merawang, wareng, dan ayam sumatera), dan dwiguna (ayam sentul, bangkalan, olagan, kampung, ayunai, melayu, dan ayam siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam banten, ciparage, tolaki, dan bangkok) dan ternak kegemaran/ hias, seperti ayam pelung, gaok, tukung, burgo, bekisar, dan walik.

Menurut Nataamijaya (2000) Di Indonesia dilaporkan terdapat 32 jenis ayam lokal (ecotype). Ayam – Ayam tersebut antara lain:
1.                  Ayam Pelung
Pada awalnya ayam pelung terdapat di daerah Jawa Barat, terutama didaerah Cianjur. Namun pada perkembangannya saat ini, ayam pelung sudah banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai tetua dan sumber daya genetik, ayam pelung asli tetap dipertahankan serta dikembangbiakkan dan telah menjadi situs pelestarian sumber daya genetik dan pembibitan pertama di Sumatera (Nataamijaya dan Diwyanto 1994). Ayam pelung itu sendiri termasuk jenis ayam buras (bukan ras), yaitu ayam yang berasaldari asli Indonesia. Dari bentuknya hampir sama dengan ayam buras lainnya, hanya saja pada ayam pelung terdapat beberapa kelebihan ayam pelung yang membedakan ayam pelung tersebut dengan ayam buras lain.





Kelebihan – Kelebihan ayam pelung antara lain sebagai berikut :

1. Postur badan yang besar

Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang paling besar bobotnya bila dibanding ayam buras lain. Ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai bobot 5 – 6kg/ekor, sedang ayam pelung betina maximum bisa mencapai 3,5kg/ekor. Besarnya pertumbuhan bobot ayam pelung ini menjadikan ayam pelung  juga berpotensi sebagai ayam buras pedaging.


2. Perkembangan Ayam lebih Cepat

Bila dibanding dengan ayam buras lain, pertumbuhan ayam pelung lebih cepat besar, hal ini karena ayam pelung  memiliki postur tubuh yang besar, sehingga perkembangan ayam pelung dari mulai anakan hinggaayam pelung dewasa akan lebih cepat besar.


3. Suara berkokok yang berlagu dan panjang

Yang paling menarik dari ayam pelung adalah suara berkokoknya yang khas yaitu, berirama/berlagu dan panjang. Ayam pelung yang berkwalitas mempunyai suara yang tidak sekedar panjang, akan tetapi suara kokok ayam pelung yang mengalun panjang dengan berirama/berlagu seperti ketukan bunyi burung perkutut.


Selain kelebihan – kelebihan di atas, ayam pelung juga memiliki ciri – ciri yang membedakan ayam pelung dengan ayam buras lain, antara lain :

1. Badan          : Postur badan ayam pelung besar, tagap dan kokoh
2. Kaki            : Biasanya kaki ayam pelung lebih besar dan berwarna hitam kebiru-biruan.
3. Bulu            : Bulu pada ayam pelung terlihat lebih mengkilap, dan untuk warna pada  bulu ayam pelung tidak memiliki warna yang khas, pada umumnya warna ayam pelung yaitu campuran antara hitam dan merah ataupun campuran antara kuning dan putih ataupun campuran hijau.
4. Pial              : Pial pada ayam pelung besar, bulat dan berwarna kemerahan
5. Jengger        : Ayam pelung memiliki jengger dengan jenis jengger tunggal, bentuk jengger ayam pelung  besar, tebal dan tegak, meskipun ada sebagian ayam pelung  yang juga memiliki jengger miring, dan warna jengger ayam pelung adalah merah.
6. Suara           : Suara berkokok pada ayam pelung lebih berirama/berlagu dan lebih panjang dari suara ayam buras lain.
7. Produktivitas: ayam pelung betina biasanya mulai memproduksi telur dari usia 160hari – 210hari, produktivitas bertelur ayam pelung betina bisa mencapai 70 butir telur/tahun.
8. Bobot badan: Berat badan ayam jantan dewasa mencapai 1,9 kg, sedangkan betina dewasa 1,7 kg.

2.                  Ayam Sentul
Ayam sentul ini berasal dari Tatar Galuh khususnya daerah Ciamis. Ayam ini mempunyai beberapa jenis, yaitu: a. Sentul (bulu abu agak tua) b. Sentul debu (berwarna seperti debu) c. Sentul emas (berwarna abu kunir keemasan) d. Sentul geni (berwarna abu kemerahmerahan) dan e. Sentul batu (bulu abu keputihan). Sentul ini dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan daging atau lebih tepatnya dwiguna.

Ciri - ciri ayam sentul antara lain:
1.                  Jantan

a.       Kepala kecil
b.      Jengger bergerigi (single comb atau pea comb)
c.       Badan ramping
d.      Ekor panjang
e.       Kaki kekuningan
f.       Berat 1,8 – 2 kg
g.      Lebih tahan terhadap penyakit
h.      Warna bulu abu-abu (100%), berparuh putih (90%) atau hitam (10%) dengan kulit berwarna putih (100%), sisik kaki berwarna hitam (90%) atau abu-abu (10%).
2.                  Betina
a.       Kepala kecil bulat
b.      Jengger bergerigi
c.       Leher pendek
d.      Badan kecil
e.       Ekor terbuka
f.       Kaki kehitam-hitaman
g.      Berat badan 1–1,5 kg
h.      Produksi telur 12–30 butir/periode
i.        Daya tetas 80–90%
j.        Lebih tahan terhadap penyakit
k.      Warna abu-abu (72%) selain warna coklat kemerah-merahan (24%) dan kuning keemasan (4%). Kulit ayam Sentul betina berwarna putih (100%), paruhnya berwarna putih (68,5%), hitam (20%), putih abu-abu (7,5%) atau abu-abu (4%) dengan sisik kaki berwarna putih (63%) atau hitam (37%).


3.                  Ayam Nagrak
Ayam ini berasal dari Sukabumi yang berpotensi sebagai penghasil daging.

4.                  Ayam Banten
Ayam ini berasal dari daerah Banten. Ayam jantan yang berpenampilan prima dipelihara sebagai ayam aduan (petarung), sedangkan ayam yang kurang prima dijual sebagai ayam potong. Bobot ayam jantan dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1,2 kg. Produksi telur sekitar 16 butir per periode bertelur.
5.                  Ayam Ciparage
Ayam lokal ini berkembang di daerah Karawang, Jawa Barat. Ciri fisiknya mirip ayam Bangkok, tetapi ukuran tubuhnya sedikit lebih kecil. Sosoknya ideal, tinggi tubuh dan ukuran tubuhnya tampak serasi. Jenggernya berwilah. Memiliki pial tunggal yang menjadi satu dengan cuping telinga. Berat ayam jantan dewasa sekitar 2,5 kg dan ayam betina dewasa sekitar 1,5 kg. Jumlah telur rata-rata 14 butir setiap periode bertelur. Ayam ini berpotensi sebagai ayam petarung.

6.                  Ayam Siem
Ayam ini berasal dari Jawa yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna).
7.                  Ayam Wareng
Ayam lokal ini tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ayam yang suara kokoknya cukup nyaring ini sangat lincah dan dan agak sulit ditangkap. Umur kawinnya tergolong muda, yakni empat bulan. Ukuran kepala dan leher pejantan kecil. Kakinya ramping dan panjang. Terdapat tiga warna bulun pada ayam ini yakni hitam, blorok (belang–belang putih dan hitam), dan putih.
Warna di bagian-bagian tubuh yang meliputi kulit, paha, cuping, paruh dan shank didominasi oleh warna putih. Jengger ayam wareng hampir 100% berwarna merah dengan bentuk jengger 100% tunggal (single) baik jantan maupun betina. Bobot badan ayam wareng jantan 1007 g dan betina 841 g. Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh diperoleh nilai dalam cm sebagai berikut panjang shank 7,8 jantan dan 6,9 betina, linkar shank 3,7 jantan dan 3,1 betina, panjang tibia 11,7 jantan dan 10,1 betina, panjang femur 9,7 jantan dan 7,7 betina, panjang dada 13,7 jantan dan 12,1 betina, lingkar dada 25,1 jantan dan 23,5 betina, panjang punggung 15,5 jantan dan 13,4 betina, panjang sayap 17,1 jantan dan 14,1 betina, panjang leher 10,8 jantan dan 10,9 betina, panjang paruh 3,1 jantan dan betina, lebar kepala 3,3 jantan dan 3,5 betina, dan panjang kepala 6,8 jantan dan 6,4 betina.

Berat tubuh ayam pejantan dewasa rata-rata 1,5 kg dan ayam betina sekitar 1 kg dan produksi telurnya berkisar 15 butir per periode bertelur. Apabila dipelihara secara intensif produksi telurnya dapat mencapai 24-28 butir per periode bertelur, dikarenakan induk betina tidak memiliki sifat mengeram. Turunan ayam ini dapat direkomendasikan untuk jenis produksi telur seperti ayam Kedu.
8.                  Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam berasal dari Tumanggung mempunyai penampilan fisik hampir hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu hitam. Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan. Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2─ 2,5 kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 kg. Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam. Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur.

9.                  Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih berasal dari Tumanggung ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Jenggernya tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2─1,5 kg. Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur.

10.              Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah berasal dari Tumanggung ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3─3,5 kg. Sedangkan bobot ayam betina 2─2,5 kg.


11.              Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani berasal dari Tumanggung memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3─3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2─2,5 kg. Ayam ini berpotensi sebagai obat tradisional.

12.              Ayam Sedayu
Ayam ini berasal dari Magelang yang berpotensi sebagai penghasil daging.
13.              Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 – 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam.

Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu:
- Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
- Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
- Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
- Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
- Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
- Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
- Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
- Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
14.              Ayam Bangkalan
Ayam ini berasal dari Madura yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna).
15.              Ayam Olagan
Ayam ini berasal dari Bali yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging (dwiguna).
16.              Ayam Nusa Penida
Ayam ini berasal dari Bali yang berpotensi sebagai penghasil telur.
17.              Ayam Nunukan
Merupakan ayam lokal yang juga disebut ayam tawau. Seperti ayam kedu, ayam nunukan juga diberi nama berdasarkan nama daerah Nunukan yang terletak di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna. Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan.

Kekhasan ayam nunukan terutama terlihat pada ayam jantannya. Ayam nunukan jantan mempunyai sosok yang besar, tegap, tetapi terlihat kurang gagah karena bulu sayap dan ekornya tidak tumbuh sempurna. Bulu ekornya kelihatan pendek sehingga tampak seperti terpotong.
Berbeda dengan yang jantan, bulu sayap dan ekor ayam nunukan betina tumbuh sempurna. Warna bulunya kuning agak kecoklatan atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Berat badan ayam jantan dewasa dapat mencapai 4 kg, sedangkan betina dewasa 1,9 kg. Untuk petelur biasanya dipilih ayam betina yang mempunyai bulu ekor panjang karena daya bertelurnya lebih tinggi. Umur pertama kalu bertelur kurang dari 5 bulan. Produksi telur rata-rata per tahun 130─150 butir dengan berat 47,5 gram per butir.
18.              Ayam Ayunai
Jenis ayam lokal ini berasal dari Merauke, Papua. Ciri fisiknya sangat khas, yakni bagian kepala dan temboloknya tidak ditumbuhi bulu alias gundul. Bagian lehernya sedikit ditumbuhi bulu, tepatnya di atas tenbolok. Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3,4─4 kg dan ayam betina berkisar 1,5─2 kg.
Ayam Ayunai merupakan jenis petelur dan pedaging. Produksi telur 10─14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun produksi telur sebanyak 40─60 butir. Bobot telur 6─75 g. Prosentase karkas 75─80%. Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa bertelur 10─14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu.
19.              Ayam Tolaki
Sulawesi Selatan adalah daerah asalnya. Warna bulu ayam jantan dewasa mirip ayam hutan merah (Gallus gallus). Bulu pelana dan leher berwarna merah keemasan. Gerakannya lincah dan terkesan liar. Badan tampak langsing, kekar dan berotot, punggung agak panjang, sayap menempel rapat di sisi badan.betuk kepala kecil, bulat, berparuh pendek kuat dan melengkung pada ujungnya. Mata berukuran sedang dan tajam dengan ekspresi berani. Bulu ekor panjang melengkung dan cukup lebat.
Bentuk kaki langsing, panjang dan kokoh dengan telapak kaki seimbang. warna bulu pada ayam betina bervariasi mulai warna cokelat dengan kombinasi kuning, hitam serta campuran dari beberapa warna. Warna paruh kuning gelap atau kekuningan. Jengger kecil bergerigi berbentuk pea (single/kacang kapri), cuping telinga dan pial juga kecil dan menempel rapat pada kepala. Leher panjang, tegak dan kokoh terteutup bulu yang menempel  ketat. Berat ayam dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1.5 kg. Produksi telur rata-rata 20 butir per periode bertelur. Selain itu ayam ini juga berfungsi sebagai ayam petarung.

20.              Ayam Tukung
Ayam ini berasal dari Kalimantan Barat yang berfungsi sebagai ayam hias.
21.              Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatra Bagian Tengah. Penampilan perawakannya tegap, gagah, tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar. pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam. Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jareang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg. Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur.

22.              Ayam Burgo
Ayam ini berasal dari Sumatra Selatan yang berfungsi sebagai ayam hias.
23.              Ayam Merawang
Ayam merwang disebut juga ayam Bangka. Nama tersebut didasarkan pada penyebaran dari ayam ini yang terkonsentrasi di kecamatan Merawang di daerah Sumatera bagian selatan khususnya di Pula Bangka.
Warna bulu dominan ayam Merawang adalah cokelat, merah dan kuning keemasan, dengan bulu-bulu columbian (warna bagian ujung sayap dan ekor berwarna hitam). Warna kulit paruh dan ceker (shank) putih atau kekuningan, sedangkan warna mata kuning. Jengger jantan berukuran besar, tegak, dan bergerigi bagian atasnya dengan ukuran pial juga besar. Bobot badan dewasa jantan sekitar 1,8─2,7 kg dan betinanya sekitar 1,2─1,7 kg. Keunggulan ayam ini adalah sebagai produksi telur dan daging.
Ayam Merwang mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi. Menurut Iman (2002) bibit ayam Merawang dapat diusahakan sendiri serta perawatannya tidak sulit karena sudah beradaptasi dengan lingkungan Indonesia. Bila dipelihara secara intensif pertumbuhannya relatif cepat. Ayam Merawang betina bertelur pertama kali pada umur 5,5 bulan. Bobot telur berkisar antara 38─45 g. produksi telur dapat mencapai 120─125 butir/ekor/tahun.
24.              Ayam Kukuak Beranggek
Ayam Kukuak Balenggek (AKB) sebenarnya adalah ayam lokal (buras) asli Sumatera Barat yang pada awalnya ditemukan dibeberapa desa di Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah (antara lain; Simanau, Simiso Batu Bajanjang, Garabak Data, Rangkiang, Muaro dan Rangkiang Luluih) Kabupaten Solok. Konon  ceritanya, ayam kukuak balenggek berasal dari keturunan ayam kinantan milik Cindua Mato yang mengawini ayam hutam di Bukit Sirayuah Kecamatan Payung Sekaki dan berkembang biak hingga sekarang.
Secara sepintas ayam kukuak balenggek hampir sama dengan ayam lokal (ayam buras) biasa, namun ciri-ciri utama dari ayam ini adalah suaranya yang merdu terutama untuk jantan, dimana suara kokoknya yang panjang dan bertingkat-tingkat (balenggek) 6 sampai dengan 15 tingkat kokoknya.
Keterbatasan “Plasma Nutfah” ayam ini, akibat semakin banyaknya yang dijual keluar daerah menyebabkan populasinya semakin menurun, bahkan jumlah kokok yang panjang (banyak lenggek) makin jarang terdengar di daerah asalnya karena berpindah tangan kepada penggemarnya di kota-kota. Semakin hari akibat kelangkaannya, harga pererkornya lebih tinggi, sehingga merupakan potensi yang perlu digarap melalui penangkarannya.
Ayam kukuak balenggek ini telah mendunia karena pada tahun 1981 seorang insinyur Belanda membawa sepasang ayam ini ke negara Belanda, karena dia terkesan dengan suaranya yang merdu dan indah. Pada tahun 1994 seorang pejabat kita memberikan cindera mata kepada Pangeran akishinonomiya Fumihito dari Jepang, beliau sangat terkesan sekali dengan keanggunan ayam ini sehingga beliau memerintahkan beberapa materinya harus memiliki ayam ini. Yang lebih menariknya dari ayam kokok balenggek ini adalah pada waktu-waktu tertentu diadakan "Lomba Ayam Kukuak Balenggek" yang memperlombakan kemampuan dan kemerduan suaranya.(Sumber DPPK Kota Solok). Ayam ini yang berfungsi sebagai penghasil suara yang bagus seperti dengan Ayam Pelung.


25.              Ayam Melayu
Ayam ini berasal dari Sumatra Utara yang berfungsi sebagai penghasil daging dan telur (dwiguna).
26.              Ayam Bangkok
Ayam ini tersebar di seluruh indonesia. Pada dasarnya, gambaran umum dari ayam bangkok ini tidak berbeda dengan ayam lain pada umumnya. Biasanya ada perbedaan dalam pengamatan fisik atau tampak luarnya saja. Misalnya warna bulu, besar kecilnya dan produktivitas telurnya. Galur(keturunan) murni ayam bangkok mempunyai bulu hias berwarna merah mengkilap, dengan dasar warna hitam kehijauan. Hal ini dikarenakan asal-usul nya yang termasuk species Gallus gallus atau Gallus bankiva memiliki warna bulu yang serupa. Bulu hias ini terdapat pada bagian leher dan punggung.

Ukuran tubuh dapat diketahui berdasarkan bobot badan. ayam bangkok pejantan yang sudah dewasa berat badanya berkisar antara 2-2,5 kg. sementara betinanya berkisar 1,5 kg. Berat ringanya ini dipengaruhi oleh tebal atau tipis tulangan dari ayam bangkok itu sendiri.

Kapan ayam bangkok mulai bisa dikawinkan? yang perlu diketahui oleh peternak adalah umur dari ayam tersebut. Dewasa kelamin adalah rentang waktu antara menetasnya telur menjadi anak ayam sampai dengan ayam tersebut mulai bertelur utnuk betinanya. sedangkan untuk ayam jantanya, hal ini ditandai dengan keluarnya cairan sperma dari organ reproduksi. Umur dewasa kelamin ayam bangkok berkisar antara 7-8 bulan. Pada umur tersebut organ-organ reproduksi sudah bekerja. Jika sel-sel telur betina dibuahi oleh sperma dari pejantan, maka jika telur tersebut di erami akan menetas setelah 21 hari.

Sejak mengalami dewasa kelamin induk betina akan menghasilkan sejumlah telur dalam periode tertentu. adapu yang dimaksut dengan periode peneluran adalah masa-masa dimana induk betina dapat menghasilkan telur 12-15 biji dalam satu periodepeneluran. Bobot telur ayam bangkok biasanya lebih berat dari ayam kampung biasa, yakni antara 40-50 gram per butir. Semakin bertambah umurnya semakin bertambah bobot telurnya dan semakin sedikit jumlah telur yang di hasilkan dalam satu periode peneluran. Selain itu ayam ini juga berfungsi sebagai petarung.

27.              Ayam Bekisar
Ayam bekisar berasal dari Madura adalah hasil perkawinan antara ayam hutan hijau jantan (Gallus varius) dan ayam kampung/ayam buras betina (Gallus gallus domesticus).
Ada tiga tipe ayam bekisar, yaitu :
1.     Gallus aenus yang berjengger bergerigi 8 kecil, pial berukuran sedang, warna bulu pada lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.
2.     Gallus temminckii memiliki jengger bergerigi enam, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir merah kecoklatan.
3.     Gallus violaceus dengan jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan permukaan yang halus.
Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang halus dan khas: tersusun dari dua nada.
Ayam bekisar, karena ia hasil persilangan antara dua jenis yang berbeda, biasanya mandul. Namun demikian, tidak semuanya demikian. Ada pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang bila dikawinkan dengan ayam kampung menghasilkan keturunan.
Ciri-ciri khusus dari ayam bekisar yang paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan lancip. Jika dibandingkan dengan ayam jago biasa maka akan terlihat jelas. Bentuk ayam yang mirip sekali dengan bekisar adalah hasil silangan ayam bekisar dengan ayam kampung yang dinamakan bekikuk. Bentuk dan posturnya sama, hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya yang berbeda.

28.              Ayam Walik
Ayam walik adalah ayam biasa tetapi perbedaannya hanya bulunya yang menjulang keatas. Biasannya ayam ini disakralkan oleh orang2 tertentu dikarenakan membawa sial oleh warga, tetapi biasanya banyak orang yang mencari ayam tersebut untuk di silangkan, biasanya ayam tersebut dikonteskan, biasannya bila ayam tersebut menang kontes harganya bisa melambung hingga jutaan rupiah. Selain itu ayam ini juga berfungsi sebagai ayam hias.

29.              Ayam Kampung
Ayam kampung ini biasanya tersebar di seluruh Indonesia yang berfungsi sebagai penghasil daging dan telur (dwiguna).
30.              Ayam Gallus marius
Ayam ini berasal dari Jawa, Bali, dan Sumatra yang merupakan satwa langka.

31.              Ayam Gallus gallus
Ayam ini berasal dari Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang merupakan satwa langka.
32.              Ayam Maleo
Ayam ini berasal dari Sulawesi Tengah dan Malukyang merupakan satwa langka.





















KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat di ambil adalah
Menurut Nataamijaya (2000) Di Indonesia dilaporkan terdapat 32 jenis ayam lokal (ecotype). Ayam – Ayam tersebut antara lain:ayam lokal dapat digolongkan sebagai tipe pedaging (pelung, nagrak, gaok, dan sedayu), petelur (kedu hitam, kedu putih, nusa penida, nunukan, merawang, wareng, dan ayam sumatera), dan dwiguna (ayam sentul, bangkalan, olagan, kampung, ayunai, melayu, dan ayam siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam banten, ciparage, tolaki, dan bangkok) dan ternak kegemaran/ hias, seperti ayam pelung, gaok, tukung, burgo, bekisar, dan walik.














DAFTAR PUSTAKA

http://www.ayampelung.com/. Diakses  29 April 2012 pukul 4:25.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: