AYAM
LOKAL INDONESIA BESERTA KARAKTERISTIKNYA
Penulis
Nama : Dewi Wijayanti
NPM : 1014061028
P.S : Peternakan
Mata Kuliah : Ilmu Pemulyaan Ternak (TNK 207)
Dosen :
Ir. Akhmad Dahlan, M.P.
Jurusan
Peternakan
Fakultas
Pertanian Universitas Lampung
Bandar
Lampung
30
April 2012
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia memili kekayaan hayati yang sangat luar biasa,
diantaranya adalah keanekaragaman plasma nutfah ayam lokal. Ayam lokal memiliki
potensi besar untuk dikembangkan menjadi bibit unggul dalam upaya menunjang
ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Di Indonesia dilaporkan
terdapat 32 jenis ayam lokal (ecotype) dan masing-masing jenis memiliki keunggulan
tersendiri, seperti ayam pelung, sentul, kedu, merawang, gaok, dan nusa penida.
Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan (Gallus gallus) dan dapat dikelompokkan
menjadi tipe pedaging, petelur, dwiguna, atau sebagai ayam hias atau kegemaran.
Masing – masing ayam tersebut memiliki ciri – ciri tersendiri.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang ciri – ciri
ayam lokal Indonesia.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan amkalah ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami macam – macam ayam lokal Indonesia beserta
karakteristiknya.
II. PEMBAHASAN
Ayam lokal dapat
digolongkan sebagai tipe pedaging (pelung, nagrak, gaok, dan sedayu), petelur
(kedu hitam, kedu putih, nusa penida, nunukan, merawang, wareng, dan ayam sumatera),
dan dwiguna (ayam sentul, bangkalan, olagan, kampung, ayunai, melayu, dan ayam
siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam banten, ciparage, tolaki,
dan bangkok) dan ternak kegemaran/ hias, seperti ayam pelung, gaok, tukung, burgo,
bekisar, dan walik.
Menurut
Nataamijaya (2000) Di Indonesia dilaporkan terdapat 32
jenis ayam lokal (ecotype). Ayam – Ayam tersebut antara lain:
1.
Ayam
Pelung
Pada
awalnya ayam pelung terdapat
di daerah Jawa Barat, terutama didaerah Cianjur. Namun pada perkembangannya
saat ini, ayam pelung sudah banyak
tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai tetua
dan sumber daya genetik, ayam pelung asli tetap dipertahankan serta
dikembangbiakkan dan telah menjadi situs pelestarian sumber daya genetik dan
pembibitan pertama di Sumatera (Nataamijaya dan Diwyanto 1994). Ayam pelung itu sendiri termasuk jenis ayam buras
(bukan ras), yaitu ayam yang berasaldari asli Indonesia. Dari bentuknya
hampir sama dengan ayam buras lainnya, hanya saja pada ayam pelung terdapat beberapa
kelebihan ayam pelung yang membedakan ayam
pelung tersebut dengan ayam buras lain.
Kelebihan – Kelebihan ayam pelung antara lain sebagai berikut :
1. Postur badan yang besar
Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang paling besar bobotnya
bila dibanding ayam buras lain. Ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai bobot 5 –
6kg/ekor, sedang ayam pelung betina
maximum bisa mencapai 3,5kg/ekor. Besarnya pertumbuhan bobot ayam pelung ini
menjadikan ayam pelung juga
berpotensi sebagai ayam buras pedaging.
2. Perkembangan Ayam lebih Cepat
Bila
dibanding dengan ayam buras lain, pertumbuhan ayam pelung lebih cepat besar, hal ini karena ayam pelung memiliki postur
tubuh yang besar, sehingga perkembangan ayam pelung dari mulai anakan
hinggaayam pelung dewasa
akan lebih cepat besar.
3. Suara berkokok yang berlagu dan panjang
Yang paling
menarik dari ayam pelung adalah
suara berkokoknya yang khas yaitu, berirama/berlagu dan panjang. Ayam pelung yang
berkwalitas mempunyai suara yang tidak sekedar panjang, akan tetapi suara
kokok ayam pelung yang
mengalun panjang dengan berirama/berlagu seperti ketukan bunyi burung perkutut.
Selain
kelebihan – kelebihan di atas, ayam
pelung juga memiliki ciri – ciri yang membedakan ayam pelung
dengan ayam buras lain, antara lain :
1. Badan : Postur badan ayam pelung besar, tagap dan kokoh
2. Kaki : Biasanya kaki ayam pelung lebih besar dan
berwarna hitam kebiru-biruan.
3. Bulu : Bulu pada ayam pelung terlihat
lebih mengkilap, dan untuk warna pada bulu ayam pelung tidak memiliki
warna yang khas, pada umumnya warna ayam pelung yaitu campuran antara
hitam dan merah ataupun campuran antara kuning dan putih ataupun campuran
hijau.
4. Pial : Pial pada ayam pelung besar,
bulat dan berwarna kemerahan
5. Jengger : Ayam pelung memiliki jengger dengan
jenis jengger tunggal, bentuk jengger ayam pelung besar, tebal dan tegak, meskipun ada
sebagian ayam pelung yang
juga memiliki jengger miring, dan warna jengger ayam pelung adalah
merah.
6. Suara : Suara berkokok pada ayam pelung lebih
berirama/berlagu dan lebih panjang dari suara ayam buras lain.
7.
Produktivitas: ayam pelung betina
biasanya mulai memproduksi telur dari usia 160hari – 210hari, produktivitas
bertelur ayam pelung betina
bisa mencapai 70 butir telur/tahun.
8. Bobot badan:
Berat badan ayam jantan dewasa mencapai 1,9 kg, sedangkan betina dewasa 1,7 kg.
2.
Ayam
Sentul
Ayam sentul ini berasal dari Tatar
Galuh khususnya daerah Ciamis. Ayam ini mempunyai beberapa jenis, yaitu: a.
Sentul (bulu abu agak tua) b. Sentul
debu (berwarna seperti debu) c.
Sentul emas (berwarna abu kunir keemasan) d. Sentul geni (berwarna abu
kemerahmerahan) dan e. Sentul
batu (bulu abu keputihan). Sentul ini dimanfaatkan sebagai penghasil telur dan
daging atau lebih tepatnya dwiguna.
Ciri
- ciri ayam sentul antara lain:
1.
Jantan
a.
Kepala kecil
b.
Jengger bergerigi (single comb atau pea comb)
c.
Badan ramping
d.
Ekor panjang
e.
Kaki kekuningan
f.
Berat 1,8 – 2 kg
g.
Lebih tahan terhadap penyakit
h.
Warna bulu abu-abu (100%), berparuh
putih (90%) atau hitam (10%) dengan kulit berwarna putih (100%), sisik kaki
berwarna hitam (90%) atau abu-abu (10%).
2.
Betina
a.
Kepala kecil bulat
b.
Jengger bergerigi
c.
Leher pendek
d.
Badan kecil
e.
Ekor terbuka
f.
Kaki kehitam-hitaman
g.
Berat badan 1–1,5 kg
h.
Produksi telur 12–30 butir/periode
i.
Daya tetas 80–90%
j.
Lebih tahan terhadap penyakit
k.
Warna abu-abu (72%) selain warna coklat
kemerah-merahan (24%) dan kuning keemasan (4%). Kulit ayam Sentul betina
berwarna putih (100%), paruhnya berwarna putih (68,5%), hitam (20%), putih
abu-abu (7,5%) atau abu-abu (4%) dengan sisik kaki berwarna putih (63%) atau
hitam (37%).
3.
Ayam
Nagrak
Ayam
ini berasal dari Sukabumi yang berpotensi sebagai penghasil daging.
4.
Ayam
Banten
Ayam ini berasal dari daerah Banten.
Ayam jantan yang berpenampilan prima dipelihara sebagai ayam aduan (petarung),
sedangkan ayam yang kurang prima dijual sebagai ayam potong. Bobot ayam jantan
dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1,2 kg. Produksi telur sekitar 16
butir per periode bertelur.
5.
Ayam
Ciparage
Ayam lokal ini berkembang di daerah
Karawang, Jawa Barat. Ciri fisiknya mirip ayam Bangkok, tetapi ukuran tubuhnya
sedikit lebih kecil. Sosoknya ideal, tinggi tubuh dan ukuran tubuhnya tampak
serasi. Jenggernya berwilah. Memiliki pial tunggal yang menjadi satu dengan
cuping telinga. Berat ayam jantan dewasa sekitar 2,5 kg dan ayam betina dewasa
sekitar 1,5 kg. Jumlah telur rata-rata 14 butir setiap periode bertelur. Ayam
ini berpotensi sebagai ayam petarung.
6.
Ayam Siem
Ayam
ini berasal dari Jawa yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging
(dwiguna).
7.
Ayam Wareng
Ayam lokal ini tersebar di daerah Jawa Tengah dan Jawa
Barat. Ayam yang suara kokoknya cukup nyaring ini sangat lincah dan dan agak
sulit ditangkap. Umur kawinnya tergolong muda, yakni empat bulan. Ukuran
kepala dan leher pejantan kecil. Kakinya ramping dan panjang. Terdapat tiga
warna bulun pada ayam ini yakni hitam, blorok (belang–belang putih dan hitam),
dan putih.
Warna di bagian-bagian
tubuh yang meliputi kulit, paha, cuping, paruh dan shank didominasi oleh warna
putih. Jengger ayam wareng hampir 100% berwarna merah dengan bentuk jengger
100% tunggal (single) baik jantan maupun betina. Bobot badan ayam wareng jantan
1007 g dan betina 841 g. Berdasarkan ukuran-ukuran tubuh diperoleh nilai dalam
cm sebagai berikut panjang shank 7,8 jantan dan 6,9 betina, linkar shank 3,7
jantan dan 3,1 betina, panjang tibia 11,7 jantan dan 10,1 betina, panjang femur
9,7 jantan dan 7,7 betina, panjang dada 13,7 jantan dan 12,1 betina, lingkar
dada 25,1 jantan dan 23,5 betina, panjang punggung 15,5 jantan dan 13,4 betina,
panjang sayap 17,1 jantan dan 14,1 betina, panjang leher 10,8 jantan dan 10,9
betina, panjang paruh 3,1 jantan dan betina, lebar kepala 3,3 jantan dan 3,5 betina,
dan panjang kepala 6,8 jantan dan 6,4 betina.
Berat tubuh ayam pejantan dewasa
rata-rata 1,5 kg dan ayam betina sekitar 1 kg dan produksi telurnya
berkisar 15 butir per periode bertelur. Apabila dipelihara secara intensif
produksi telurnya dapat mencapai 24-28 butir per periode bertelur, dikarenakan
induk betina tidak memiliki sifat mengeram. Turunan ayam ini dapat
direkomendasikan untuk jenis produksi telur seperti ayam Kedu.
8.
Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam berasal dari
Tumanggung mempunyai penampilan fisik hampir hitam semua, tetapi kalau diamati
secara teliti warnanya tidak terlalu hitam. Penampilan kulit pantat dan jengger
masih mengandung warna kemerah-merahan. Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa
antara 2─ 2,5 kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 kg. Ayam ini
sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam. Ayam ini
berpotensi sebagai penghasil telur.
9.
Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih berasal dari
Tumanggung ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya
berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau
kekuning-kuningan. Jenggernya tegak berbentuk wilah. Bobot ayam jantan kedu
putih dewasa mencapai 2,5 kg. Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2─1,5 kg. Ayam ini
berpotensi sebagai penghasil telur.
10.
Ayam Kedu Merah
Ayam kedu
merah berasal dari Tumanggung ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka
dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih. Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi
besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3─3,5 kg. Sedangkan bobot ayam betina
2─2,5 kg.
11.
Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani berasal dari
Tumanggung memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak
(langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok tubuh ayam kedu jantan
dewasa tinggi besar dan bobotnya antara
3─3,5 kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2─2,5
kg. Ayam ini berpotensi sebagai obat tradisional.
12.
Ayam Sedayu
Ayam
ini berasal dari Magelang yang berpotensi sebagai penghasil daging.
13.
Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau
Puteran, Kabupaten Sumenep. Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki
suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur
(Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg,
sedangkan yang betina 2 – 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar,
tegap dan gagah. Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan
pial yang besar dan warnanya merah. Kakinya berwarna kuning. Bulunya didominasi
oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain,
seperti merah dan hitam.
Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu:
- Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
- Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
- Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
- Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
- Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
- Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
- Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
- Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
Ciri-ciri bibit unggul ayam, yaitu:
- Bagian tubuh tak ada yang rusak atau cacat, misalnya kaki utuh dan leher lurus.
- Otot gempal dan kuat, terutama di bagian paha dan dada. Tulangnya juga kuat.
- Susunan bulu teratur, saling menghimpit dan tampak mengkilat. Kondisi bulu yang baik mencerminkan kondisi kulit yang baik pula.
- Mata cerah dan pandangannya tampak tajam.
- Gerakannya gesit yaitu mudah berontak bila dipegang.
- Ukuran badannya sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
- Induk jantan mempunyai jengger yang berwarna merah cerah, kepala tampak kokoh, paruh pendek, tajam dan kuat.
- Jarak ujung tulang dada dengan dubur berjarak minimal tiga jari tangan.
14.
Ayam Bangkalan
Ayam
ini berasal dari Madura yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging
(dwiguna).
15.
Ayam Olagan
Ayam
ini berasal dari Bali yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging
(dwiguna).
16.
Ayam Nusa Penida
Ayam
ini berasal dari Bali yang berpotensi sebagai penghasil telur.
17.
Ayam Nunukan
Merupakan ayam lokal yang juga disebut
ayam tawau. Seperti ayam kedu, ayam nunukan juga diberi nama berdasarkan nama
daerah Nunukan yang terletak di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur. Ayam nunukan diperkirakan berasal dari Cina.
Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah
kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna. Sementara
paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger
dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi
delapan.
Kekhasan ayam nunukan
terutama terlihat pada ayam jantannya. Ayam nunukan jantan mempunyai sosok yang
besar, tegap, tetapi terlihat kurang gagah karena bulu sayap dan ekornya tidak
tumbuh sempurna. Bulu ekornya kelihatan pendek sehingga tampak seperti
terpotong.
Berbeda dengan yang jantan, bulu sayap
dan ekor ayam nunukan betina tumbuh sempurna. Warna bulunya kuning agak
kecoklatan atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Berat badan ayam jantan
dewasa dapat mencapai 4 kg, sedangkan betina dewasa 1,9 kg. Untuk petelur
biasanya dipilih ayam betina yang mempunyai bulu ekor panjang karena daya
bertelurnya lebih tinggi. Umur pertama kalu bertelur kurang dari 5 bulan.
Produksi telur rata-rata per tahun 130─150 butir dengan berat 47,5 gram per
butir.
18.
Ayam Ayunai
Jenis ayam lokal ini berasal dari Merauke, Papua. Ciri
fisiknya sangat khas, yakni bagian kepala dan temboloknya tidak ditumbuhi bulu
alias gundul. Bagian lehernya sedikit ditumbuhi bulu, tepatnya di atas
tenbolok. Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3,4─4 kg dan ayam betina
berkisar 1,5─2 kg.
Ayam Ayunai merupakan jenis petelur
dan pedaging. Produksi telur 10─14 butir per periode peneluran. Dalam satu
tahun produksi telur sebanyak 40─60 butir. Bobot telur 6─75 g. Prosentase
karkas 75─80%. Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur
mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa
bertelur 10─14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu.
19.
Ayam Tolaki
Sulawesi Selatan adalah daerah asalnya. Warna bulu ayam
jantan dewasa mirip ayam hutan merah (Gallus gallus). Bulu pelana dan
leher berwarna merah keemasan. Gerakannya lincah dan terkesan liar. Badan
tampak langsing, kekar dan berotot, punggung agak panjang, sayap menempel rapat
di sisi badan.betuk kepala kecil, bulat, berparuh pendek kuat dan melengkung
pada ujungnya. Mata berukuran sedang dan tajam dengan ekspresi berani. Bulu
ekor panjang melengkung dan cukup lebat.
Bentuk kaki langsing, panjang dan kokoh dengan telapak kaki
seimbang. warna bulu pada ayam betina bervariasi mulai warna cokelat dengan
kombinasi kuning, hitam serta campuran dari beberapa warna. Warna paruh kuning
gelap atau kekuningan. Jengger kecil bergerigi berbentuk pea (single/kacang
kapri), cuping telinga dan pial juga kecil dan menempel rapat pada kepala.
Leher panjang, tegak dan kokoh terteutup bulu yang menempel ketat. Berat
ayam dewasa sekitar 2 kg dan ayam betina sekitar 1.5 kg. Produksi telur
rata-rata 20 butir per periode bertelur. Selain itu ayam ini juga berfungsi
sebagai ayam petarung.
20.
Ayam Tukung
Ayam
ini berasal dari Kalimantan Barat yang berfungsi sebagai ayam hias.
21.
Ayam Sumatra
Ayam Sumatra
merupakan ayam lokal dari Sumatra Bagian Tengah. Penampilan perawakannya tegap,
gagah, tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil,
tetapi tengkoraknya lebar. pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya
menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna
hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam. Ayam Sumatra memiliki jengger
berbentuk wilah dan berwarna merah. Kulit muka juga berwarna merah atau hitam,
ditumbuhi bulu halus yang jareang. Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg,
sedangkan yang betina 1,5 Kg. Ayam ini berpotensi sebagai penghasil telur.
22.
Ayam Burgo
Ayam
ini berasal dari Sumatra Selatan yang berfungsi sebagai ayam hias.
23.
Ayam Merawang
Ayam merwang disebut juga ayam Bangka. Nama tersebut
didasarkan pada penyebaran dari ayam ini yang terkonsentrasi di kecamatan
Merawang di daerah Sumatera bagian selatan khususnya di Pula Bangka.
Warna bulu dominan ayam Merawang adalah cokelat, merah dan
kuning keemasan, dengan bulu-bulu columbian (warna bagian ujung sayap dan ekor
berwarna hitam). Warna kulit paruh dan ceker (shank) putih atau
kekuningan, sedangkan warna mata kuning. Jengger jantan berukuran besar, tegak,
dan bergerigi bagian atasnya dengan ukuran pial juga besar. Bobot badan dewasa
jantan sekitar 1,8─2,7 kg dan betinanya sekitar 1,2─1,7 kg. Keunggulan ayam ini
adalah sebagai produksi telur dan daging.
Ayam Merwang mempunyai potensi ekonomi yang cukup tinggi.
Menurut Iman (2002) bibit ayam Merawang dapat diusahakan sendiri serta
perawatannya tidak sulit karena sudah beradaptasi dengan lingkungan Indonesia.
Bila dipelihara secara intensif pertumbuhannya relatif cepat. Ayam Merawang
betina bertelur pertama kali pada umur 5,5 bulan. Bobot telur berkisar antara
38─45 g. produksi telur dapat mencapai 120─125 butir/ekor/tahun.
24.
Ayam Kukuak Beranggek
Ayam Kukuak Balenggek (AKB)
sebenarnya adalah ayam lokal (buras) asli Sumatera Barat yang pada awalnya
ditemukan dibeberapa desa di Kecamatan Payung Sekaki dan Tigo Lurah (antara
lain; Simanau, Simiso Batu Bajanjang, Garabak Data, Rangkiang, Muaro dan
Rangkiang Luluih) Kabupaten Solok. Konon ceritanya, ayam kukuak
balenggek berasal dari keturunan ayam kinantan milik Cindua Mato yang mengawini
ayam hutam di Bukit Sirayuah Kecamatan Payung Sekaki dan berkembang biak hingga
sekarang.
Secara sepintas ayam kukuak
balenggek hampir sama dengan ayam lokal (ayam buras) biasa, namun
ciri-ciri utama dari ayam ini adalah suaranya yang merdu terutama untuk jantan,
dimana suara kokoknya yang panjang dan bertingkat-tingkat (balenggek) 6 sampai
dengan 15 tingkat kokoknya.
Keterbatasan “Plasma Nutfah” ayam
ini, akibat semakin banyaknya yang dijual keluar daerah
menyebabkan populasinya semakin menurun, bahkan jumlah kokok yang panjang
(banyak lenggek) makin jarang terdengar di daerah asalnya karena berpindah
tangan kepada penggemarnya di kota-kota. Semakin hari akibat kelangkaannya,
harga pererkornya lebih tinggi, sehingga merupakan potensi yang perlu digarap
melalui penangkarannya.
Ayam kukuak
balenggek ini telah mendunia karena pada tahun 1981 seorang insinyur Belanda
membawa sepasang ayam ini ke negara Belanda, karena dia terkesan dengan
suaranya yang merdu dan indah. Pada tahun 1994 seorang pejabat kita memberikan
cindera mata kepada Pangeran akishinonomiya Fumihito dari Jepang, beliau sangat
terkesan sekali dengan keanggunan ayam ini sehingga beliau memerintahkan
beberapa materinya harus memiliki ayam ini. Yang lebih menariknya dari ayam
kokok balenggek ini adalah pada waktu-waktu tertentu diadakan "Lomba Ayam
Kukuak Balenggek" yang memperlombakan kemampuan dan kemerduan
suaranya.(Sumber DPPK Kota Solok). Ayam ini yang berfungsi sebagai penghasil
suara yang bagus seperti dengan Ayam Pelung.
25.
Ayam Melayu
Ayam
ini berasal dari Sumatra Utara yang berfungsi sebagai penghasil daging dan
telur (dwiguna).
26.
Ayam Bangkok
Ayam ini tersebar di
seluruh indonesia. Pada dasarnya, gambaran umum dari ayam bangkok ini tidak
berbeda dengan ayam lain pada umumnya. Biasanya ada perbedaan dalam pengamatan
fisik atau tampak luarnya saja. Misalnya warna bulu, besar kecilnya dan
produktivitas telurnya. Galur(keturunan) murni ayam bangkok mempunyai bulu hias
berwarna merah mengkilap, dengan dasar warna hitam kehijauan. Hal ini dikarenakan
asal-usul nya yang termasuk species Gallus gallus atau Gallus bankiva memiliki
warna bulu yang serupa. Bulu hias ini terdapat pada bagian leher dan punggung.
Ukuran tubuh dapat diketahui berdasarkan bobot badan. ayam bangkok pejantan yang sudah dewasa berat badanya berkisar antara 2-2,5 kg. sementara betinanya berkisar 1,5 kg. Berat ringanya ini dipengaruhi oleh tebal atau tipis tulangan dari ayam bangkok itu sendiri.
Kapan ayam bangkok mulai bisa dikawinkan? yang perlu diketahui oleh peternak adalah umur dari ayam tersebut. Dewasa kelamin adalah rentang waktu antara menetasnya telur menjadi anak ayam sampai dengan ayam tersebut mulai bertelur utnuk betinanya. sedangkan untuk ayam jantanya, hal ini ditandai dengan keluarnya cairan sperma dari organ reproduksi. Umur dewasa kelamin ayam bangkok berkisar antara 7-8 bulan. Pada umur tersebut organ-organ reproduksi sudah bekerja. Jika sel-sel telur betina dibuahi oleh sperma dari pejantan, maka jika telur tersebut di erami akan menetas setelah 21 hari.
Sejak mengalami dewasa kelamin induk betina akan menghasilkan sejumlah telur dalam periode tertentu. adapu yang dimaksut dengan periode peneluran adalah masa-masa dimana induk betina dapat menghasilkan telur 12-15 biji dalam satu periodepeneluran. Bobot telur ayam bangkok biasanya lebih berat dari ayam kampung biasa, yakni antara 40-50 gram per butir. Semakin bertambah umurnya semakin bertambah bobot telurnya dan semakin sedikit jumlah telur yang di hasilkan dalam satu periode peneluran. Selain itu ayam ini juga berfungsi sebagai petarung.
Ukuran tubuh dapat diketahui berdasarkan bobot badan. ayam bangkok pejantan yang sudah dewasa berat badanya berkisar antara 2-2,5 kg. sementara betinanya berkisar 1,5 kg. Berat ringanya ini dipengaruhi oleh tebal atau tipis tulangan dari ayam bangkok itu sendiri.
Kapan ayam bangkok mulai bisa dikawinkan? yang perlu diketahui oleh peternak adalah umur dari ayam tersebut. Dewasa kelamin adalah rentang waktu antara menetasnya telur menjadi anak ayam sampai dengan ayam tersebut mulai bertelur utnuk betinanya. sedangkan untuk ayam jantanya, hal ini ditandai dengan keluarnya cairan sperma dari organ reproduksi. Umur dewasa kelamin ayam bangkok berkisar antara 7-8 bulan. Pada umur tersebut organ-organ reproduksi sudah bekerja. Jika sel-sel telur betina dibuahi oleh sperma dari pejantan, maka jika telur tersebut di erami akan menetas setelah 21 hari.
Sejak mengalami dewasa kelamin induk betina akan menghasilkan sejumlah telur dalam periode tertentu. adapu yang dimaksut dengan periode peneluran adalah masa-masa dimana induk betina dapat menghasilkan telur 12-15 biji dalam satu periodepeneluran. Bobot telur ayam bangkok biasanya lebih berat dari ayam kampung biasa, yakni antara 40-50 gram per butir. Semakin bertambah umurnya semakin bertambah bobot telurnya dan semakin sedikit jumlah telur yang di hasilkan dalam satu periode peneluran. Selain itu ayam ini juga berfungsi sebagai petarung.
27.
Ayam Bekisar
Ayam
bekisar berasal dari
Madura adalah hasil perkawinan antara ayam hutan hijau jantan (Gallus varius) dan ayam kampung/ayam buras betina (Gallus
gallus domesticus).
Ada tiga tipe ayam bekisar, yaitu :
1.
Gallus aenus yang berjengger bergerigi
8 kecil, pial berukuran
sedang, warna bulu pada
lapisan atas ungu dengan plisir kuning emas.
2.
Gallus temminckii memiliki
jengger bergerigi enam, pial berwarna jambu, bulu merah mengkilap dan berplisir
merah kecoklatan.
3.
Gallus violaceus dengan
jengger bergerigi bagus, ukuran pial sedang, warna bulunya ungu dengan
permukaan yang halus.
Ayam bekisar memiliki ukuran lebih kecil
dibandingkan ukuran ayam kampung jantan, tetapi lebih besar daripada induk
jantannya. Warna bulunya hitam kehijauan dan mengkilap. Memiliki suara yang
halus dan khas: tersusun dari dua nada.
Ayam bekisar, karena ia hasil
persilangan antara dua jenis yang
berbeda, biasanya mandul. Namun demikian, tidak semuanya demikian. Ada
pula ayam bekisar (jantan atau betina) yang bila dikawinkan dengan ayam kampung
menghasilkan keturunan.
Ciri-ciri khusus dari ayam bekisar yang
paling menonjol adalah bentuk bulu leher yang ujungnya bulat/lonjong bukan
lancip. Jika dibandingkan dengan ayam jago biasa maka akan terlihat jelas.
Bentuk ayam yang mirip sekali dengan bekisar adalah hasil silangan ayam bekisar
dengan ayam kampung yang dinamakan bekikuk. Bentuk dan posturnya sama,
hanya kadang-kadang pial dan bulu lehernya yang berbeda.
28.
Ayam Walik
Ayam walik adalah ayam
biasa tetapi perbedaannya hanya bulunya yang menjulang keatas. Biasannya ayam
ini disakralkan oleh orang2 tertentu dikarenakan membawa sial oleh warga,
tetapi biasanya banyak orang yang mencari ayam tersebut untuk di silangkan,
biasanya ayam tersebut dikonteskan, biasannya bila ayam tersebut menang kontes
harganya bisa melambung hingga jutaan rupiah. Selain itu ayam ini juga
berfungsi sebagai ayam hias.
29.
Ayam Kampung
Ayam
kampung ini biasanya tersebar di seluruh Indonesia yang berfungsi sebagai
penghasil daging dan telur (dwiguna).
30.
Ayam Gallus marius
Ayam
ini berasal dari Jawa, Bali, dan Sumatra yang merupakan satwa langka.
31.
Ayam Gallus gallus
Ayam
ini berasal dari Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang merupakan satwa langka.
32.
Ayam Maleo
Ayam
ini berasal dari Sulawesi Tengah dan Malukyang merupakan satwa langka.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat di ambil adalah
Menurut
Nataamijaya (2000) Di Indonesia dilaporkan terdapat 32
jenis ayam lokal (ecotype). Ayam – Ayam tersebut antara lain:ayam lokal
dapat digolongkan sebagai tipe pedaging (pelung, nagrak, gaok, dan sedayu),
petelur (kedu hitam, kedu putih, nusa penida, nunukan, merawang, wareng, dan
ayam sumatera), dan dwiguna (ayam sentul, bangkalan, olagan, kampung, ayunai,
melayu, dan ayam siem). Selain itu dikenal pula ayam tipe petarung (ayam
banten, ciparage, tolaki, dan bangkok) dan ternak kegemaran/ hias, seperti ayam
pelung, gaok, tukung, burgo, bekisar, dan walik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ayampelung.com/. Diakses 29 April 2012 pukul 4:25.
0 komentar:
Posting Komentar