PRODUKSI
TERNAK JANGKRIK SKALA MENENGAH
(Laporan
Kunjungan Lapang Produksi Aneka Ternak dan Satwa)
Oleh
Anung
Cahya Dewanti 1014061003
Rosaliya
Imelda 1014061018
Tiwi
Metasari 1014061020
Amrina
Rosida 1014061022
Dewi
Wijayanti 1014061028
Muh.
Harowi 1014061048
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah, puji
syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-NYA
sehingga kita dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat
sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Produksi Aneka Ternak dan Satwa.
Dalam penyusunan
makalah ini kami menyadari tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang senantiasa
memberikan bantuan , bimbingan, kritikan, dan masukan yang membangun. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dian Septinova,S. Pt. M. T. A. selaku
Dosen PJ mata kuliah ini yang senantiasa memberikan ilmunya tanpa pamrih.
2.
Ir. Tintin Kurtini, M.S. selaku
dosen mata kuliah ini yang senantiasa
memberikan ilmunya tanpa pamrih
3.
Ir. Arif Qisthon, S.Si. selaku dosen
mata kuliah ini yang senantiasa memberikan ilmunya tanpa pamrih
Kami menyadari bahwa
ini makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca yang sangat diharapkan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi semuanya yang membacanya.
Bandar
Lampung, Mei 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR
ISI
................................................................................. ii
LEMBAR
PENGESAHAN
.......................................................... iii
I.
PENDAHULUAN ............................................................ 1
A.
Latar belakang
............................................................. 1
B.
Tujuan
.......................................................................... 2
II.
GAMBARAN UMUM ............................................... 3
A. Sejarah
Usaha ........................................................... 3
B. Lokasi ....................................................................... 3
C. Kegiatan
Usaha ........................................................... 3
III.
PEMBAHASAN ........................................................... 6
IV.
KESIMPULAN ........................................................... 10
LAMPIRAN ................................................................................... 11
1. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada saat ini dunia
peternakan di Indonesia terus mengalami perkembangan. Peternakan yang ada
tentunya berkorelasi erat dengan adanya kebutuhan masyarakat. Daerah lampung
merupakan lokasi yang sangat strategis untuk pengembangan usaha ini. Terdapat
banyak usaha peternakan yang ada di Lampung dari ayam broiler, ayam layer,
kalkun, sapi potong, kambing, itik, dan banyak lagi yang lainnya. Seiring
dengan berjalannya waktu kebutuhan akan produk peternakan terus mengalami
perubahan dan variasi produk. Variasi produk peternakan ini tentunya saling
terkait dengan apa yang mendorong produksi ini ada. Seperti berkembangnya
peternakan burung tentunya harus diimbangi dengan adanya produksi makanan burung tersebut.
Peternakan jangkrik
mendapatkan peluang besar dengan adanya perkembangan usaha ternak merpati ini.
Jangkrik sangat direkomendasikan sebagai pakan burung karena kandungan protein
yang cukup tinggi yang ada pada tubuh jangkrik. Beternak jangkrik masih
memiliki prospek pemasaran yang sangat besar karena berdasarkan recording
peternak banyak yang mengatakan permintaan akan hasil produk ini dari tahun ke
tahun selalu meningkat. Jangkrik selain digunakan sebagai pakan burung,
jangkrik juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan tokek yang banyak digunakan oleh
masyarakat kita sebagai salah satu bahan obat terhadap beberapa penyakit. Usaha
peternakan semacam ini belum begitu banyak dilakukan karena sebagian besar
masyarakat kita masih belum mengetahui secara rinci peluang dan manfaat dari
usaha ternak jangkrik ini. Oleh karena itu, peluang untuk membuka usaha ini
masih sangat terbuka lebar dan pangsa pasarnya masih cukup luas sebagai solusi
pemasaran produk.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari
kunjungan lapang ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa mengetahui jenis, bangsa,
asal, jumlah produksi setiap pemanenan.
2.
Mahasiswa mengetahui lokasi, bentuk,
ukuran, bahan, dan sanitasi kandang jangkrik.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui jenis ransum,
komposisi nutrisi, cara pemberian, jumlah pemberian air minum dan ransum ,
serta tempat ransum yang digunakan.
4.
Mahasiswa mengetahui pencegahan dan
penanganan suatu penyakit yang menyerang jangkrik.
5.
Mahasiswa mengetahui prospek pemasaran
dari usaha ternak jangkrik.
A.
Sejarah Usaha
Pada
awalnya Pak Yatin peternak memulai usaha beternak jangkrik ini dari ajakan
saudaranya yang juga beternak jangkrik, karena dilihat prospek usaha ternak
jangkrik ini cukup menjanjikan. Karena hal inilah yang menyebabkan bapak itu
tertarik untuk beternak jangkrik. Namun usaha ternak jangkrik ini hanya berupa
usaha pembesaran jangkrik saja,bukan usaha pembibitan jangkrik. Dalam usaha
ternak jangkrik ini tidak dilakukan usaha pembibitan karena lokasi lingkungan yang
tidak mendukung. Oleh karena itu Peternak memperoleh telur jangkrik dari luar
sumatera.
B.
Lokasi
Lokasi peternakan
jangkrik ini beralamat di Jl.Pangeran Antasari,Gg Pulau Waru No.13, Kelurahan
Sukabumi Indah, Kecamatan Sukabumi.
C.
Kegiatan Usaha
Adapun kegiatan
usahanya yaitu:
a. Penetasan jangkrik:
1.
Setelah telur diterima,di angin-angin kan beberapa waktu untuk mengeringkan
telur dari lembab selama perjalanan.
3.
Masukkan
dalam tas kresek atau toples,jangan di tali mati/di tutup rapet.
4.
Setelah 2
atau 3 hari coba di cek kondisi telurnya,kalau warna sudah berubah coklat tua
dan sudah kelihatan tunas matanya atau sudah ada 1 atau 2 telur yang sudah
menetas,dalam kondisi tsb telur sudah siap di pindah ke media penetasan.
5. Buat media penetasan koran / kardus
dalam box penetasan,taruh dan ratakan telur yang sudah siap menetas,setelah itu
ditutup dengan dedaunan,bisa daun pisang,daun jati atau daun lainnya.
6. Kondisi normal setelah semalam telur sudah banyak yang
menetas,tunggu sampai 2 hari sampai telur menetas semua/buntas.
7. Anak jangkrik umur 1 hari sudah memerlukan
makanan,pakan yang diberikan pur ayam yang diselep halus,juga sayuran seperti
sawi putih,kubis dan sayur hijau lainnya untuk minumnya.
8. Kualitas pakan dan kebersikan
kandang merupakan faktor penting demi keberhasilan dalam pembesaran jangkrik.
b. Pemeliharaan
jangkrik:
- Sanitasi dan Tindakan Preventif
Seperti telah diketahui dalam pengelolaan peternakan
jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindari
adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, maka sebelum
jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih
dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan hama, maka kandang
diberi kaki dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi
air.
- Pengontrolan Penyakit
Untuk pembesaran jangkrikn dipilih jangkrik yang sehat
dan dipisahkan dari yang sakit. Pakan ternak harus dijaga agar jangan sampai
ada yang berjamur karena dapat menjadi sarang penyakit. Kandang dijaga agar
tetap lembab tetapi tidak basah, karena kandang yang basah juga dapat
menyebabkan timbulnya penyakit.
- Perawatan Ternak
Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yang
harus diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang
tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan
(kanibal).
- Pemberian Pakan
Anakan umur 1-10 hari diberikan Voor (makanan ayam)
yang dihaluskan dan sayuran sawi. Setelah fase ini, anakan dapat mulai diberi
pakan sayur-sayuran bebas disamping diberikan batang pisang, pelepah daun
pepaya,atau pelepah tumbuhan yang lunak.
Pemeliharaan
Kandang
Air dalam kaleng yang terdapat dikaki kandang, diganti
setiap 2 hari sekali dan kelembapan kandang harus diperhatikan serta diusahakan
agar bahaya jangan sampai masuk kedalam kandang.
c. Panen
Panen
dilakukan setiap 27 hari sekali setelah menetas. Panen dilakukan sebelum
jangkrik tumbuh bulu sayap karena jika jangkrik sudah tumbuh bulu sayap maka
konsumen kurang menyukainya.
Usaha ternak jangkrik
ini telah dijalankan selama 5 tahun terakhir ini, usaha ternak dimulai dari
usaha keluarga.
Dalam penangannya sama
halnya seperti usaha ternak lainnya tiga hal yang utama diperhatikan adalah
masalah kandang, pakan, dan bibit .
Kandang yang digunakan
oleh peternak adalah kandang yang rangkanya dari kayu dan dindingnya dari
triplek, kandang jangkrik yang digunakan berbentuk box dengan tutup pada bagian
atasnya mudah dibuka dan tutup. Ukuran kandang yang digunakan adalah 1m x 2m
dengan tinggi 50cm dan ½ lembar triplek untuk kapasitas tampung ¼ kg telur
jangkrik (yang akan ditetaskan). Sedangkan untuk kapasitas tampung ½ kg telur
jangkrik(yang akan ditetaskan) kandang yang digunakan berukuran 1,22m x 1,41m
dengan tinggi 60cm dan triplek yang digunakan sebanyak 1 lembar. Modal yang
diperlukan untuk sebuah kandang berkisar antara Rp 700.000,00.
Pakan yang digunakan
untuk jangkrik tidaklah terlalu sulit didapat, namun juga perlu diperhatikan
pemberiannya dengan melihat umur jangkrik. Pada saat jangkrik baru menetas
pakan yang diberikan berupa sawi dan crumble ayam. Sawi yang diberikan untuk
ukuran kandang dengan kapasitas ½ kg telur jangkrik yang ditetaskan diperlukan
sawi sekitar 50 lembar, namun dengan catatan bahwa sawi yang diberikan bukan dari
sawi dengan penyemprotan pestisida. Pemberian sawi atau sayuran lain dengan
pestisida akan menyebabkan jangkrik keracunan dan mati. Untuk pemberian crumble
ayam , sebelum diberikan crumble dihaluskan terlebih dahulu, crumble diberikan
setelah sawi diberikan. Crumble di letakkan di atas wadah seperti nampan yang
lebar agar semua jangkrik mendapatkan makan.
Bibit jangkrik yang
biasa ditetaskan adalah jenis jangkrik madu dan jangkrik broiler. Jangkrik madu
memiliki ukuran lebih kecil dan sifat kanibalisme nya tinggi, keuntungannya
adalah saat terjadi kematian maka bangkai jangkrik yang mati akan dimakan dan
tidak akan bertumpuk menjadi kotoran. Sedangkan untuk jangkrik broiler
mempunyai ukuran yang lebih besar dan sifat kanibalismenya kurang. Sehingga
bila ada jangkrik yang mati akan menumpuk menjadi kotoran.
Panen dilakukan setiap
27 hari sekali setelah penetasan. Pemasaran jangkrik biasanya diambil oleh
sales untuk dijual di toko-toko makanan burung, selain itu banyak konsumen yang
datang kerumah untuk membeli langsung, namun bila jangkrik mengalami
keterlambatan panen maka jangkrik akan tumbuh bulu dan biasanya akan dijual
untuk dijadikan pakan tokek atau ikan.
Harga yang berlaku
dipasaran saat ini adalah Rp 20.000-22.000/1000 ekor (untuk sales) dan Rp
25.000-27.000/1000 ekor (untuk kios atau konsumen langsung).
Selama proses
pemeliharaan jangkrik, banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi
jangkrik diantaranya yaitu hama, iklim, dan pestisida yang terdapat pada pakan
jangkrik.
Hama yang biasa
menyerang jangkrik adalah semut, tikus dan cicak. Biasanya hama-hama tersebut
masuk melalui celah-celah kandang atau pada saat kandang dibuka pada saat
dibersihkan. Cicak merupakan hama yang paling merugikan peternak. Seekor cicak
biasanya bisa memakan 5-7 ekor per hari.
Selain itu kesempatan cicak untuk memasuki kandang lebih besar dibanding tikus.
Sedangkan hama semut biasanya menyerang jangkrik yang belum menetas. Kerugian
yang diakibatkan oleh hama semut juga cukup besar karena sekali menyerang,
semut bisa mengerubungi banyak telur.
Faktor iklim juga
sangat berpengaruh terhadap produksi jangkrik. Iklim dapat mempengaruhi nafsu
jangkrik. Pada suhu tinggi, jangkrik akan sedikit mengkonsumsi pakan sedangkan
pada suhu rendah jangkrik akan mengkonsumsi pakan lebih banyak. Banyaknya pakan
yang dikonsumsi oleh jangkrik tentu saja sangat berpengaruh terhadap pertambahan
bobot tubuh. Jika jangkrik mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang banyak maka
jangkrik yang dihasilkan pada saat panen beratnya bisa meningkat hal tersebut
tantu saja bisa menguntung kan peternak. Sebaliknya jika jangkrik mengkonsumsi
pakan dalam jumlah sedikit, bobot yang dihasilkan juga akan rendah dan hal
tersebut akan merugikan peternak.
Pestisida yang terdapat
pada pakan jangkrik juga menjadi salah satu penghambat dalam beternak jangkrik.
Peternak biasanya memberikan pakan berupa hijauan yang diperoleh dari petani
disekitar lokasi peternakan. Hijauan tersebut tidak jarang mengandung pestisida
yang disemprotkan oleh petani sebelum pemanenan. Adanya pestisida dalam pakan
jangkrik bisa menyebabkan jangkrik keracunan dan mengalami kematian. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut biasanya peternak memesan hijauan lebih awal sebelum
hijauan dipanen, sehingga petani tidak menyomprotkan pestisida pada hijaun.
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil yaitu:
1.
Peternakan jangkrik tidak membutuhkan
dana dan lahan yang luas.
2.
Pakan jangkrik yang baru menetas yaitu
sawi dan crumbel ayam yang telah dihaluskan. Untuk jangkrik yang telah dewasa
sayuran yang diberikan berupa sayuran bebas seperti kangkung, lobak, kol,daun
pepaya, atau bisa diberikan pakan berupa batang pisang, pelepah daun pepaya
atau batang-batang tumbuhan yang lunak.
3.
Waktu pemeliharaannya cukup singkat,
yaitu 27 hari.
4.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
produksi jangkrik diantaranya yaitu hama, iklim, dan pestisida yang terdapat
pada pakan jangkrik.
5.
Hama yang biasa menyerang jangkrik
adalah semut, tikus dan cicak.
0 komentar:
Posting Komentar