PEMERIKSAAN KEADAAN SUSU DAN BERAT JENIS
(Laporan Praktikum Produksi Ternak Perah)


Oleh:

Kelompok II
Agung Dwi Saputro    1014061002
Amrina Rosida            1014061022
Dewi Wijayanti           1014061028
Janu Firdaus                1014061043
Rahmat Iswarno          1014061055


LABORATORIUM PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012





KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah laporan praktikum ini dapat terselesaikan.

Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dan tujuan praktikum mata kuliah Produksi Ternak Perah. Laporan ini berisi tentang hasil kegiatan praktikum tentang “ Pemeriksaan Keadaan Susu dan Berat Jenis “.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.                  Ir. Arif Qisthon, M. Si., selaku Dosen PJ mata kuliah Produksi Ternak Perah;
2.                  Veronica Wanniatie, S. Pt, M. Si., selaku dosen mata kuliah Produksi Ternak Perah;
3.                  Dr. Ir. Farida Fathul, M. Sc., selaku dosen mata kuliah Produksi Ternak Perah.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.


Bandar Lampung,     Mei 2012


Penulis




I.                   PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Pengertian atau batasan umum dari istilah “susu” adalah cairan berwarna putih, yang diperoleh dari pemerahan sapi atau hewan yang sedang laktasi lainnya, yang dapat digunakan sebagai pangan yang sehat serta tanpa dikurangi atau ditambah komponen – komponennya.
Didalam kehidupan sehari-hari, tidak semua orang meminum air susu yang belum diolah. Hal ini disebabkan karena tidak terbiasa mencium aroma susu segar (mentah), atau sama sekali tidak suka air susu dan sebagian lagi karena menganggap harga air susu mahal dibandingkan kebutuhan sehari-hari lainnya. Dengan adanya teknologi pengolahan/pengawetan bahan makanan, maka hal tersebut diatas dapat diatasi, sehingga air susu beraroma enak dan disukai orang.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pemeriksaan susu tersebut meliputi keadaan susu dan susunan susu. Pemeriksan susu mencangkup uji bau, warna, dan rasa; uji kebersihan susu, uji masak/didih, uji alkohol, dan uji derajat keasaman. Untuk pemeriksaan kualitas susunan atau komposisi susu yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan berat jenis.

B.                Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah praktikan dapat memahami dan mampu memeriksa susu baik di lapangan maupun di laboratorium. Pemeriksaan susu tersebut meliputi keadaan susu dan susunan susu. Pemeriksan susu mencangkup uji bau, warna, dan rasa; uji kebersihan susu, uji masak/didih, uji alkohol, dan uji derajat keasaman. Untuk pemeriksaan kualitas susunan atau komposisi susu yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan berat jenis.


II.                   TINJAUAN PUSTAKA

1.            Susu

Susu merupakan bahan makanan yang hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru lahir, dimana susu merupakan satu-satunya sumber makanan pemberi kehidupan segera sesudah kelahiran. Susu didefinisikan sebagai sekresi dari kelenjar susu binatang mamalia. Susu adalah suatu sekresi yang komposisinya sangat berbeda dari komposisi darah yang merupakan asal susu.

Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) susu segar No. 01-3141-1998 dijelaskan bahwa susu segar adalah susu murni yang tidak mendapatkan perlakuan apapun kecuali proses pendinginan dan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Agar aman dikonsumsi dan digunakan untuk proses penanganan selanjutnya maka susu segar harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Sebagai bahan pangan, susu dapat dapat digunakan dalam baik dalam bentuk aslinya sebagai suatu kesatuan, maupun dari bagian-bagiannya. Pada dasarnya semua jenis mamalia termasuk manusia, mampu menghasilkan kelenjar susu melalui kelenjar mammary. Secara umum, susu mamalia dapat dikelompokkan manjadi 2 bagian, yaitu susu kaya dan susu miskin. Susu kaya adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein yang tinggi, misalnya susu ikan paus, susu kelinci dan susu anjing laut. Sedangkan susu miskin adalah susu yang mengandung kadar lemak dan protein yang relative lebih rendah, misalnya susu sapi, kambing, domba, kuda, kerbau dan manusia. Perbedaan komposisi ini menunjukkan adanya perbedaan tahap perkembangan anak pada waktu kelahiran. Meskipun banyak jenis hewan yang dapat menghasilkan susu namun hanya beberapa hewan saja yang susunya dimanfaatkan untuk konsumsi manusia, yaitu sapi, kambing dan domba (Tien, 1992).

2.                  Syarat mutu susu
Syarat mutu susu menurut SNI 01-3141-1998 adalah:
a.                   Uji warna
Warna susu segar berkisar dari putih kebiruan sampai kuning keemasan bergantung jenis hewan, pakan, dan jumlah lemak/ padatan dalam susu. Dalam jumlah besar, susu tampak keruh (opaque). Dalam bentuk lapisan tipis, susu tampak sedikit transparan. Susu dengan kadar lemak rendah atau susu yang sudah dipisahkan lemaknya berwarna kebiru – biruan. Warna putih susu lemak, kalsium kaseinat, dan koloid fosfat.
Karoten (pro - vitamin A) adalah pigmen yang menyebabkan warna kekuningan pada susu yang berasal dari jennis pakan yang diberiakan. Ketajaman warna karoten tergantung dari jumlah pigmen dalam darah yang disekresi bersama – sama susu. Karoten yang terdapat dalam susu, secara identik dengan yang terdapat pada warna tanaman. Warna kuning susu ini sangat dipengaruhi oleh pakan yang berikan pada ternak  itu sendiri. Pakan yang tinggi kadar  karoten, misalnya wortel dan hijaun menyebabkan warna susu lebih kuning daripada pakan jagung putih atau oats yang berkadar karoten rendah. Pigmen lain yang terdapat dalam susu adalah riboflavin. Pigmen ini terlarut dalam susu tetapi hanya tampak pada bagian whey dan menyebabkan warna kehijauan. Dalam susu normal, warna riboflavin tertutup oleh komponen lain (Rachmawan, 2001).
b.                  Uji bau dan rasa
Bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan asam volatile dan lemak dalam susu. Selain itu, kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida yang rendah diduga menyebabkan susu berbaru seperti garam. Penyimpangan bau susu sepeeti bau asam, bau kotoran, bau pakan, dan bau obat – obatan dapat timbul karena penanganan yang kurang baik. Oleh karena itu, setelah diperah susu dalam ember harus segera dibawa ke kamar susu agar tidak terkontaminasi oleh bau – bau disekitar kandang. Susu mudah menyerap bau – bauan dari sekelilingnya. Hal ini diakibatkan oleh sifat lemak dalam susu, yaitu oil in water type, terutama flavor yang tajan dan menyimpang.
Susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung laktosa dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan beberapa jam atau susu didinginkan. Cita rasa susu berhubungan dengan keseimbangan rasa antara rasa manis akibat kandungan laktosa tinggi dan rasa asin dari kadar klorida.
Susu dengan kandungan laktosa rendah tetapi kadar kloridanya tinggi menyebabkan rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang dihasilkan pada akhir masa laktasi biasanya terasa asin.
Rasa dan aroma susu dapat menyimpang dari seharusnya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:
1.                  Ganguan fisik ternak
Dalam hal ini, bahan – bahan yang menyebabkan rasa dan aroma susu menyimpang, dsekresi oleh ternak bersama – sama dengan susu.
2.                  Bahan yang mempunyai aroma kuat, misalnay bawang termakan oleh ternak yang sedang laktasi. Cita rasa dan aroma bahan yang diserap oleh darah dan disekresi dalam susu.
3.                  Absorbsi aroma oleh susu dari lingkungan.
4.                  Dekomposisi komponen susu oleh bakteri dan mikroba lain, misalnya:
Bau busuk berarti terkena mastitis.
Bau masam berarti susu telah membusuk.
Bau silage, bau lobak, dan lain – lain berarti susu telah tercemar bau makanan yang dimakan sapi.
Rasa asam berarti ada kuman asam dalam susu.
Rasa pahit berarti ada kuman pembentuk pepton dalam susu.
Rasa lobak berarti ada kuman E. coli.
Rasa sabun berarti ada kuman laktis.
5.                  Adanya bahan lain yang mengkontaminasi susu.
6.                  Terjadinya perubahan aroma dan rasa karena reaksi kimia.
Susu yang ditempatkan pada wadah terbuka di dalam kandang, dapat menyerap aroma yang tidak dikehendaki. Demikian juga susu disimpan pada tempat yang dekat dengan bahan pangan yang mempunyai aroma kuat. Adanya bahan asing dalam susu tidak layak untuk dikonsumsi, misalnya adanya aerosol obat serangga dalam susu dapat menyebabkan susu karena penggunaanya untuk mengusir lalat dalam kandang. Beberapa logam seperti besi dan tembaga dapat menyebabkan citarasa metalik atau mengkatalis perubahan cita rasa yang lain. Beberapa reaksi kimia dapat menimbulkan penyimpangan rasa dan aroma misalnya cita rasa teroksidasi (Rachmawan, 2001).
c.                   Uji penampakan
Adanya kotoran dalam susu sangat tidak dikehendaki dan merupakan indikator penanganan yang tidak baik (sanitasi buruk). Kotoran yang dapat dilihat oleh mata antara lain berupa bulu sapi, rambut, sisa – sisa makanan, bagian feses, dan lain – lain. Hal tersebut perlu dihilangkan dengan cara penyaringan atau filtrasi karena dapat menurunkan kualitas susu (Rachmawan, 2001).
d.                  Uji masak/ didih
Susu yang masih segar dan berkualitas baik tidak akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan (dipasteurisasi). Sebaliknya, susu yang kandungan asam laktatnya tinggi, sebagai hasil pemecahan laktosa oleh bakteri asam laktat, akan terkoagulasi apabila dipanaskan. Demikian pula pada koagulasi terjadi pada kolostrum dan susu yang berasal dari ambing yang terkena mastitis pada tingkatan tertentu (kadar garamnya meningkat). Susu yang masih dalam kualitas yang baik itu tidak terdapat gumpalan – gumpalan (bukan gelembung udara) pada susu. Sebaliknya, apabila terdapat gumpalan – gumpalan pada susu hal ini dapat disebabkan karena susu sudah asam (derajat keasaman tinggi) atau dikatakan susu sudah pecah, dan mastitis.
e.                   Uji alkohol
Uji alkohol merupakan uji paling sederhana yang bisa dilakukan dilapangan, yaitu untuk mengetahui kondisi susu dalam keadaan rusak atau tidak. Apabila terdapat gumpalan berarti susu tersebut sudah asam dan tidak baik untuk diolah atau untuk dikonsumsi. Hal tersebut dapat disebabkan karena susu mulai masam atau telah masam dan permulaan adanya mastitis.
f.                   Uji derajat keasaman (pH)
Susu segar mempunyai sifat amfoter dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Keasaman pada susu terutama disebabkan oleh kandungan asam laktat yang berasal dari perombakan laktosa menjadi asam laktat oleh aktvitas bakteri.
Untuk menentukan kadar asam dalam susu digunakan cara titrasi dengan indikator PP . Hasil yang diperoleh dari titrasi tersebut dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
                        pH = banyaknya ml NaOH 0,25 N yang dipakai X 10
nilai kisaran pH tersebut 6 – 8.
g.                  Uji berat jenis susu
Berat jenis suatu bahan adalah perbandingan antara berat bahan tersebut dwngan berat air pada volume dan suhu yang sama. Berdasarkan batasan ini, maka berat jenis tidak bersatuan. Berat jenis susu rata – rata 1,0320. Berat jenis susu dipengaruhi oleh kadar padatan total dan bahan padatan tanpa lemak. Kadar padatan total susu diketahui jika diketahui berat jenis dan kadar lemaknya. Berat jenis susu biasanya ditentukan dengan menggunakan laktodensimeter atau laktometer. Lamtodensimeter adalah hidrometer dimana skalanya sudah disesuaikan dengan berat jenis susu. Prinsip kerja alat ini mengikuti hukum archimides yaitu jika suatu benda dicelupkan ke dalam suatu cairan, maka benda tersebut akan mendapat tekanan keatas sesuai dengan berat volume cairan yang dipindahkan( diisi). Jika laktometer dicelupkan dalam susu yang rendah berat jenisnya, maka laktometer akan tenggelam lebih dalam jika dibandingkan jika laktodensimeter tersebut dicelupkan ke dalam susu yang berat jenisnya tinggi. Berat jenis susu yang dipersyaratkan dalam SNI 01-3141-1998 adalah minimal 1,0280 sehingga dapat diketahui bahwa susu tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01-3141-1998.


III.                   METODE PRAKTIKUM

A.                Tempat dan Waktu
Hari                 : Senin
Tanggal           : 07 Mei 2012
Waktu             : Pukul 10.00 – 12.00 wib
Tempat            : Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak

B.                 Alat dan Bahan
Adapun alat – alat yang digunakan adalah:  tabung reaksi beserta rak tabung reaksi, penangas, spatula, pipet, erlenmeyer, buret, corong, kertas saring, tang penjepit, thermometer,  laktodensimeter, dan gelas ukur. Sedangkan bahan – bahan yang digunakan adalah susu, alkohol 70 %, phenolphthalein, dan larutan NaOH 0,25 N.
1.                 
C.                    Metode Kerja
C.1.     Uji warna
            Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Menuangkan susu ke dalam tabung reaksi. Setelah itu tabung reaksi tersebut diletakkan di depan kertas putih
2.                  Mengamati warna pada susu tersebut. Susu yang segar berwarna putih kekuningan. Apabila susu tersebut berwarna biru berarti susu tersebut sudah dicampur dengan air dan apabila berwarna merah berarti susu tersebut mengandung darah karena sapi terkena mastitis
C.2      Uji bau dan rasa
            Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Mengambil 10 ml susu dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi.
2.                  Setelah itu mendidihkan di atas penangas.
3.                  Selanjutnya dalam keadaan hangat diuji bau dengan cara menghirup susu tersebut.
4.                  Kemudian untuk uji rasa langsung dicicipi saja.
C.3.     Uji kenampakan susu
            Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Menghomogenkan susu terlebih dahulu dengan cara mengaduknya dengan spatula atau dengan menuangkan susu ke dalam wadah lain selama tiga kali.
2.                  Setelah itu, saring susu dengan kertas saring.
3.                  Selanjutnya mengamati kebersihan susu atau ada tidaknya benda asing/ kotoran yang menyangkut di kertas saring.
C.4.     Uji masak/didih
            Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Mengambil 10 ml susu dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi.
2.                  Setelah itu mendidihkan di atas penangas.
3.                  Selanjutnya dilihat ada tidaknya gumpalan pada susu.
C.5.     Uji alkohol
            Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Mengambil susu sebanya 5 cc, kemudian masukkan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan alkohol 70 % sebanyak 10 cc.
2.                  Setelah itu kocok pelan – pelan.
3.                  Selanjutnya, amati ada tidaknya gumpalan – gumpalan pada susu. Apabila ada gumpalan, maka susu tersebut tidak baik untuk diolah atau di konsumsi.
C.6.     Uji derajat keasaman
            Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Memasukkan susu ke dalam erlenmeyer sebayak 10 ml.
2.                  Setelah itu menambahkan 3 tetes phenolphthalein.
3.                  Selanjutnya titrasi dengan NaOH 0,25 N.
4.                  Menghentikan titrasi apabila susu sudah berwarna merah muda.
C.7.     Uji berat jenis susu
              Adapun langkah – langkahnya adalah sebagai berikut:
1.                  Menuangkan 500 cc susu ke dalam gelas ukur, kemudisn mencelupkan laktodensimeter ke dalam susu.
2.                  Menunggu sampai laktodensimeter diam.
3.                  Baca dan catat skala beserta suhunya.
4.                  Setelah itu mengambil laktodensimeter dan membersihkannya.
5.                  Selanjutnya menghitung berat jenis susu dengan rumus sebagai berikut:

IV.                   HASIL DAN PEMBAHASAN

A.                Hasil
Sampel
Uji  Warna
 Uji Bau
Uji Rasa
Uji Didih/ Masak
Susu sapi
Putih Kekuningan
Khas Susu
Sedikit Manis
Tidak Ada Gumpalan
Lanjutan...
Sampel
Uji Alkohol
Uji Kenampakan
Uji Berat Jenis 
Susu sapi
Tidak Ada Gumpalan
Tidak Ada Kotoran
1,0237

B.                 Pembahasan

a.                   Uji warna
Dalam praktikum yang telah dilaksanakan warna susu putih kekuningan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmawan yang mengatakan bahwa karoten (pro - vitamin A) adalah pigmen yang menyebabkan warna kekuningan pada susu yang berasal dari jennis pakan yang diberiakan. Ketajaman warna karoten tergantung dari jumlah pigmen dalam darah yang disekresi bersama – sama susu. Karoten yang terdapat dalam susu, secara identik dengan yang terdapat pada warna tanaman. Warna kuning susu ini sangat dipengaruhi oleh pakan yang berikan pada ternak  itu sendiri. Pakan yang tinggi kadar  karoten, misalnya wortel dan hijaun menyebabkan warna susu lebih kuning daripada pakan jagung putih atau oats yang berkadar karoten rendah.

b.                  Uji bau dan rasa
Bau/ aroma/ flavour susu segar adalah khas bau susu, karena adanya kandungan asam volatile dan lemak dalam susu. Selain itu, kandungan laktosa yang tinggi 
dan kandungan klorida yang rendah diduga menyebabkan susu berbaru seperti garam. Penyimpangan bau susu sepeeti bau asam, bau kotoran, bau pakan, dan bau obat – obatan dapat timbul karena penanganan yang kurang baik.
Susu segar yang normal berasa agak manis karena mengandung laktosa dan mempunyai aroma yang spesifik. Aroma susu lenyap jika susu didiamkan beberapa jam atau susu didinginkan. Cita rasa susu berhubungan dengan keseimbangan rasa antara rasa manis akibat kandungan laktosa tinggi dan rasa asin dari kadar klorida.
Susu dengan kandungan laktosa rendah tetapi kadar kloridanya tinggi menyebabkan rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang dihasilkan pada akhir masa laktasi biasanya terasa asin.

c.                   Uji penampakan susu
Pada praktikum yang telah dilakukan susu dalam keadaan baik karena tidak terlihat berupa bulu sapi, rambut, sisa – sisa makanan, bagian feses, dan lain – lain.

d.                  Uji masak
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan susu tersebut tidak terdapat gumpalan. Hal ini berarti susu masih dalam keadaan segar dan berkualitas baik. Hal ini sesuai dengan pendapat tim Dosen yang mengtakan bahwa susu yang masih dalam kualitas yang baik itu tidak terdapat gumpalan – gumpalan (bukan gelembung udara) pada susu. Sebaliknya, apabila terdapat gumpalan – gumpalan pada susu hal ini dapat disebabkan karena susu sudah asam (derajat keasaman tinggi) atau dikatakan susu sudah pecah, dan mastitis.

e.                   Uji alkohol
Untuk hasil uji alkohol sama saja dengan hasil uji masak. Perbedaannya hanya terletak pada cara pengujiannya saja. Pada uji ini susu juga tidak mengalami penggumpalan. Hal ini berarti susu masih segar.

f.                   Uji derajat keasaman
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini pH susu adalah 8. Hal ini sama dengan pendapat milk codex yang mengatakan bahwa pH susu 6-8.

g.                   Uji berat jenis

Setelah dilakukan pengujian berat jenis susu, didapatkan hasil bahwa berat jenis susu 1,02088 g/v. Berat jenis susu yang dipersyaratkan dalam SNI 01-3141-1998 adalah minimal 1,0280 sehingga dapat diketahui bahwa susu tidak memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 01-3141-1998. BJ yang lebih kecil disebabkan oleh: perubahan kondisi lemak dan adanya gas yang timbul didalam air susu. Selain itu juga disebabkan oleh karena susu umurnya sudah lama dan disimpan dalam freezer dalam keadaan terbuka sehingga uap air masuk ke dalam susu.

Air susu mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada air. BJ air susu umumnya 1.027-1.035 dengan rata-rata 1.031. Akan tetapi menurut codex susu, BJ air susu adalah 1.028. Codex susu adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia, walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan tersendiri. Berat jenis harus ditetapkan 3 jam setelah air susu diperah.



V.                   KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu susu masih dalam keadaan segar dan berkualitas baik.















  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: